Menurut para ahli (seperti Freeman/1963 maupun Bingham/1968), bakat merupakan suatu potensi atau kemampuan khusus dan lebih dominan yang dimiliki seseorang, yang dapat berkembang melalui proses pelatihan dan pendidikan intensif. Dengan proses ini, bakan akan menjadi sebuah kemampuan dan kecakapan nyata. Seseorang akan lebih baik prestasi dan keahliannya, jika ia mampu melakukan suatu pekerjaan sesuai bakat dan minatnya, ketimbang bidang yang tidak sesuai dengan bakatnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat seseorang. Kemampuan atau potensi individu yang dibawa sejak lahir, atau faktor bawaan, sangat menentukan pembentukan dan perkembangan bakat seseorang. Tapi faktor ini saja tidak cukup untuk memaksimalkan bakat, karena faktor lingkungan juga berperan mengembangkannya
Bakat juga tak akan berkembang optimal, apabila tidak dibarengi dengan minat yang cukup tinggi terhadap bidang yang sesuai dengan bakat tersebut. Contohnya, seseorang yang memiliki bakat cukup tinggi sebagai ahli menggambar, tapi ia tak berminat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan menggambar, maka bakatnya itu tak akan berkembang maksimal.
Motivasi seseorang sangat erat kaitannya dengan usaha dan kerja keras untuk mencapai tujuan hidupnya. Selain itu, bakat seseorang juga akan berkembang pesat apabila ia memiliki nilai hidup yang berarti atau positif terhadap pengembangan bakatnya itu.
Faktor kepribadian sangat penting bagi perkembangan bakat seseorang. Seperti konsep diri, rasa percaya diri, keuletan, keteguhan dan kesabaran dalam berusaha, kesediaan untuk menerima kritik maupu saran untuk meraih cita-cita yang lebih tinggi.
Bakat akan berkembang dengan baik apabila sudah mendekati atau menginjak masa peka atau kematangannya. Tapi, tak ada kepastian kapan hitungan masa kematangan akan datang, masing-masing individu memiliki masa kematangan yang berbeda-beda.
Setiap orang dianugerahi Tuhan talenta yang luar biasa, tidak hanya berbeda, tapi juga unik pada setiap orang. Talenta yang diberikan Tuhan, sejak dalam kandungan, tentu memiliki tujuan, yakni sebagai suatu alat (media) untuk melayani Dia, Sang Penganugerah bakat tadi. Uniknya, banyak orang yang tak sadar atau belum sadar dengan talenta yang dimilikinya. Tak jarang orang lain yang justru menemukan, memberi informasi atau mencerahkan orang tertentu, bahwa ia memiliki bakat atau talenta. Yang menjadi pertanyaan, apakah memiliki bakat saja sudah cukup?
Kembali lagi ke ulasan sebelumnya bahwa memiliki bakat saja tidaklah cukup. Motivasi diri untuk mengekpresikan bakat, juga mempengaruhi usaha pengembangan bakat. Seseorang mungkin dapat yakin dengan bakat dan posisi yang menurut mereka tepat, tapi tatkala tak ada gairah untuk memaksimalkan potensi, maka tak ada api yang membakar semangat untuk secara maksimal mengupayakan potensi atau bakat itu. Ketiga, “Inisiatif Mengaktifkan Bakat Anda”. Selain gairah, diperlukan juga inisiatif sebagai langkah awal. Semua hal yang memaksimalkan bakat mungkin saja bisa Anda lakukan, tapi jikalau tak ada langkah awal (inisiatif) maka tak akan mungkin terealisasi apa yang sebenarnya bisa Anda lakukan. Inisiatif bukan sekadar paham tentang sesuatu tapi mengarah pada melakukan sesuatu.
Sebagaimana kemahiran, talenta akan menjadi nilai plus bagi seseorang jika benar-benar dilatih terus menerus. Sebaliknya, talenta itu akan terkubur, tidak diperhitungkan, menjadi tidak berharga bagi seseorang ketika tidak pernah ditempa, tidak pernah dilatih, atau tidak pernah ditekuni. Sangat disayangkan kalau sampai itu terjadi.
Senilai perumpamaan seorang yang mendapatkan warisan harta kekayaan yang amat berlimpah, kemudian hilang sia-sia. Harta itu dirampok, dibuang dengan sengaja, atau dikubur. Dirampok oleh orantuanya sendiri yang menganggap bahwa bakatnya itu adalah sebuah kelalaian yang tidak berguna.
Talenta atau bakat yang dibuang oleh pemilikinya karena merasa apa yang dimilikinya berupa keahlian dalam suatu bidang tersebut dianggap tidak bisa membawanya kepada kesuksesan, atau dianggap tidak memiliki nilai yang berharga bagi dirinya sendiri. Ada juga, yang mengubur talentanya sendiri dengan sengaja menutupnya, dan mengatakan bahwa dirinya tidak mampu melakukan itu. Akhirnya dia lebih memilih melakukan pekerjaan yang biasa saja, yang dilakukan kebanyakan orang, yang sudah dianggap biasa.
Pada hakikatnya, setiap orang berpotensi menjadi seorang yang sukses, sukses menurut makna kesuksesan yang paling disukainya. Dasarnya, setiap orang terlahir dengan memiliki bakat, dan bakat itu adalah sesuatu yang menjadikan seorang diperhitungkan, kalau saja seseorang memaksimalkan bakat dibawanya.
Bakat menulis, kecenderungan pada eksakta, melukis, memancing, membuat kerajinan tangan, kegemaran bergelut dengan eloktronika, berorasi, memancing, diplomasi, berlari dengan cepat, berenang dengan cepat, dan masih banyak lagi yang tidak mungkin saya sebutkan semuanya satu persatu.
Apa saja yang menjadi kecenderungan seseorang untuk melakukan sebuah aktifitas-positif tentunya-, maka disitulah bakatnya. Seorang motivator terkemuka, Mario Teguh, dalam sebuah tayangan televisi pernah mengatakan beberaa point untuk mengidentifikasi bakat seseorang. Dalam uraiannya, dia mencirikan bakat itu adalah, sesuatu yang anda hasilkan.
Hasil dari apa yang telah anda buat, mendapatkan pujian banyak orang, dengan kata lain orang akan memuji karya anda. Namun demikian, anda merasa biasa saja dengan apa yang anda hasilkan. Itu ciri yang pertama.
Yang kedua, teliti aktifitas apa yang selama ini anda lakukan dengan rela bangun pagi karenanya, anda terbiasa berkorban untuk melakukannya. Misalnya, anda sering telat makan, kurang tidur, karena anda asyik melakukan aktifitas itu.
Yang ketiga, aktifitas itu anda lakukan dengan dasar senang. Anda senang malakukannya, atau anda mencintai aktifitas itu.
Ciri itu bisa dicontohkan dengan seorang yang gemar membuat kandang burung, misalnya. Aktifitas-membuat kandang burung-itu begitu dicintainya. Setiap kali dia berhasil menyelesaikan pengerjaannya, orang lain akan kagum dan memuji hasil karyanya tersebut. Sedangkan, dia sendiri yang mengejakannya menilai itu biasa saja. Hal itu dinilai oleh dirinya sendiri dengan sesuatu hal yang biasa, karena dia biasa melakukannya. Satu lagi, dia amat mencintai aktifitas pengerjaan kandang burung itu ! nah, itulah bakatnya.
Sampai di sini, jangan berfikir bahwa dia tidak bisa berhasil dengan itum karena menganggap tidak ada nilai plusnya memiliki bakat itu. Tidak demikian. Tampaknya, itu hanya bakat membuat variasi kandang burung, suatu saat, sangat mungkin dia menjadi seorang yang bersepealisasi dalam pembuatannya, hingga bisa menjadi barang antik karena bentuknya. Kalau sudah demikian, orang banyak kagum dengan karyanya. Perhatikan, berapa banyak pecinta burung di negeri kita? Hitung, betapa besar peluang pasarnya kalau dia terus menekuni bakatnya, dan akhirnya dia menemukan model kandang yang baru yang belum ada sebelumnya! Sangat mungkin, penemuannya tentang kandang burung model baru, akan bisa dipatenkan hak produksinya.
Nah, tidak mustahil kelak dia akan memiliki perusahaan besar yang memproduksi kandang burung unik. Benarkan?
Jangan malah berfikir, sayang sekali seorang yang memiliki bakat tersebut. Paling banter, dia hanya bekerja sebagai seorang pembuat kandang burung. Ah, cara berfikir seperti itu terlalu sempit. Tidak ada yang menghalangi seorang menjadi bos, tidak ada orang yang menghalanginya sukses. Sebaliknya, dia bisa menciptakan kesuksesan dengan bakat yang dimilikinya itu.
Read More......